Sejarah fomepizol

Pada 4 Desember 1997, Tubuh Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyepakati fomepizol (4-metilpirazol) sebagai obat untuk keracunan etilen glikol atau sangkaan keracunan etilen glikol.

Saat sebelum fomepizol disepakati, obat untuk menangani keracunan etilen glikol ialah etanol. Kesepakatan fomepizol itu sudah memacu pembicaraan mengenai faedah komparatif di antara fomepizol dan etanol, khususnya di harga, karena harga fomepizol lebih mahal.

Semenjak 1960-an, sudah dijumpai jika senyawa pirazol dan turunan 4-metilnya bisa menghalangi enzim alkohol dehidrogenase (ADH), satu enzim yang mengganti alkohol jadi aldehida pada hewan dan manusia. Tetapi, fomepizol jadi agen yang lebih janjikan karena tidak mengakibatkan kerusakan hati dan sebagai penghalang ADH yang semakin kuat dibandingkan pirazol.

Fomepizol bekerja dengan menghalangi enzim ADH, hingga bisa hentikan perubahan etilen glikol jadi produk sambilan yang beresiko.

Etanol juga bisa berperanan sebagai penghalang enzim ADH, tetapi mempunyai kekurangan pada susahnya penataan jumlah atau jumlah yang penting disuntikkan ke pasien dan harus dalam dalam kualitas tinggi sekali dan murni. Disamping itu, agen sbobet suntikan etanol memiliki sifat membuat iritasi vena dan bisa tekan mekanisme saraf pusat.

Sementara fomepizol dikeluarkan dari badan lewat urin, bertahan semakin lama di badan dibandingkan etanol, dan mempunyai efek yang semakin sedikit.

Fomepizol harus diberi bila ada pertanda keraguan keracunan yakni ada kristal oksalat dalam urin, kelebihan asam pada darah (asidosis metabolik), atau kandungan etilen glikol lebih dari 20 mg/dL. Fomepizol ada dalam sediaan cairan steril dalam tempat khusus, dan diberi secara suntikan. Pemakaiannya bisa digabungkan dengan larutan dekstrosa atau larutan natrium klorida.

Sesudah pemberian jumlah awalan, obat selanjutnya diberi kembali seringkali, sampai kandungan etilen glikol lebih rendah dari 20 mg/dL.

Fomepizol terhitung obat yang bisa kebuang saat dilaksanakan bersihkan darah (hemodialisis), hingga bila hemodialisis dilaksanakan, karena itu fomepizol harus diberi seringkali sampai kandungan etilen glikol pada darah menurun jadi 20 mg/dL.

Efek fomepizol salah satunya mengakibatkan sakit di kepala, berasa mual, dan muntah.